Karya Ilmiah Mata Kuliah Bahasa Indonesia semoga dapat membantu teman-teman


JUDUL :
PENTINGNYA BUDAYA MEMBACA
DALAM SUATU BANGSA
                              SRI MAENY PUSPITA RISDHI.  
                                                ABSTRAK          

Berisi uraian tentang:
(a)  Masalah/tujuan,
(b)  Metode penulisan (penelitian), dan
(c)  Hasil/simpulan.
(Ditulis dengan jarak baris 1,0), dari tepi kiri masuk 5/6 ketukan/ 1   tab.Tidak terlalu panjang maksimal 1 halaman.
(a)  Tulisan membahas tentang menumbuhkan kembali pembinaan minat baca di Indonesia.  (b) Untuk mengembnagkan tulisan penulis melakukan sudi kepustakaan dengan mencari bahan dari sumber-sumber ilmiah dalam bentuk jurnal, makalah.  (c) Setelah data terkumpul dan dianaisis dapat disimpulkan bahwa masyarakat Indonesia memiliki kebiasaan yang kurang baik dalam aktivitas membaca. Hal itu diindikatori oleh banyaknya masyarakat dipedesaan yang belum sangat acuh terhadap kegiatan membaca dikarenakaan tidak adanya sosialisasi pihak terkait atau pihak yang bertanggung jawab dalam hal pentingnya kegiatan membaca untuk membangun atau menciptakan generasi penerus bangsa yang cerdas dan memperbaiki kehidupan masyarakat itu sendiri.


Key Word            : Minat Baca, Suatu Bangsa.

  1. Pendahuluan / Latar Belakang Masalah

Begitu pentingnya kegiatan membaca sehingga kita seharusnya memiliki minat yang tinggi terhadap kegiatan membaca. Ketertarikan terhadap membaca bukanlah suatu hal yang dapat tumbuh seketika tetapi merupakan proses yang membutuhkan waktu dan latihan yang kontinyu. Oleh karena itu minat baca seharusnya ditumbuhkan sejak anak masih kecil. Bahkan sebenarnya minat baca dapat dipupuk mulai sang anak masih di dalam kandungan. Banyak ibu yang 'mengajak' janinnya membaca dengan membacakan cerita apa saja seperti cerita nabi atau cerita sahabat nabi.
            Kini, banyak orang tua yang sudah mulai menyadari pentingnya menumbuhkan minat baca pada anak. Kegiatan ini biasanya dimulai pada fase usia prasekolah. Masa ini merupakan fase yang sangat penting dan serius karena merupakan fase dasar dan pembinaan yang menjadi bekal untuk fase-fase kehidupan anak berikutnya.
Untuk itu, Karya Tulis yang dibuat ini akan memperlihatkan dan menjelaskan kebenaran mengenai masalah Pentingnya Budaya Membaca Dalam Suatu Bangsa  dengan berdasarkan studi literature dari berbagai sumber yang terpercaya dan kompeten. Dalam Karya Tulis ini pun akan menyajikan fakta-fakta yang memperkuat keberadaan masalah Pentingnya Budaya Membaca Dalam Suatu Bangsa.
( Raharjo, Tri Joko. “ Membaca Dan Menulis Merupakan Kunci  Masyarakat Pada Abad Informasi ).

  1. Perumusan Masalah

    1. Mengapa kegiatan membaca itu penting dalam kehidupan suatu bangsa?
    2. Mengapa minat baca masyarakat semakin menurun?
    3. Bagaimana kondisi minat baca masyarakat sekarang?
    4. Bagaimana bentuk tanggung jawab pemerintah dalam hal meningkatkan kembali  minat baca masyarakat?

C.   Tujuan Penulisan.

Tujuan yang akan dicapai oleh penulis melalui tulisan tersebut.
Tujuan penulisan adalah untuk:
1.  Mendeskripsikan kondisi  masyarakat Indonesia berkaitan dengan kebiasaan/minat baca.
2.  Menjabarkan upaya peningkatkan minat baca masyarakat Indonesia oleh Pemerintah?

  1. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat-manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian Pentingnya Budaya Membaca Suatu Bangsa ini adalah :
1.    Bagi Penulis:
a.    Untuk mengetahui secara jelas seberapa pentingnya kegiatan membaca.
b.    Untuk mengetahui penyebab terjadinya penurunan minat baca pada    masyarakat.
c.    Untuk mengetahui peran serta pemerintah dalam meningkatkan kembali minat baca masyarakat Indonesia.

2.    Bagi Masyarakat:
a.    Masyarakat lebih menyadari pentingnya budaya membaca sejak usia dini.
b.    Masyarakat dapat lebih mengetahui bahwasanya perpustakaan itu bukan hanya untuk kalangan terpelajar saja tetapi ditujukan untuk umum (semua kalangan).

3.    Bagi Instansi terkait:
a.    Menunjukkan kepada instansi terkait dalam hal ini adalah Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerahbahwasanya masih banyak masyarakat Indonesia yang menganggap membaca itu tidak penting.

E.   Kajian  Teori  dan Kerangka Berpikir
A.    Pentingnya Kegiatan Membaca.
B.    Penyebab Menurunnya Minat Baca Masyarakat.
C.   Kondisi Minat Baca Masyarakat Sekarang.
D.   Cara Meningkatkan Minat Baca Masyarakat.
E.    Peran Serta Pemerintah.
E.1.   Pemerintah Perlu Menyediakan Bahan Bacaan Yang Cukup  Untuk Masyarakat.
E.2.   Pemerintah Perlu Membangun atau Mengembangkan Perpustakaan Desa atau Kelurahan.
E.3.   Pemerintah Perlu Menata Sistem Perpustakaan Desa atau Kelurahan.
E.4.   Pemerintah Perlu Menganggarkan Lewat APBD dan APBN Untuk Pengadaan Perpustakaan atau Kelurahan.

F.    Metode  Penulisan
Dalam penyusunan tulisan ini penulis melakukan studi pustaka baik dari buku, jurnal ilmiah, maupun internet.

G.   Hasil dan Pembahasan
A.  Pentingnya Kegiatan Membaca.
Kemampuan membaca merupakan wahana utama yang dapat menjunjung martabat suatu bangsa ke kedudukannya yang paling tinggi, sudah menjadi keyakinan yang tidak diragukan lagi dalam era informasi yang tengah kita jalani ini. Kata iqra' (bacalah) tidak akan diletakkan Allah SWT pada awal kalimat perintah-Nya yang pertama jika makna yang dikandungnya itu tidak sedemikian pentingnya. Seorang ahli dan pakar kependidikan yang juga mantan Presiden Internasional Reading Association, berkata "to read is possess a power for transcending whatever physical power human can muster"( Leo Fay,1980). Di samping itu seorang peneliti dalam bidang pendidikan membaca juga pernah membuat pernyataan betapa pentingnya pendidikan membaca itu dalam sebuah kalimat yang berbunyi "Reading is the heart of education"(Leo Fay, Farr 1984),. Untuk memantapkan keyakinan membaca dalam kehidupan bermasyarakat, mari kita amati arah perjalanan peradaban manusia pada umumnya di berbagai belahan bumi ini. Kalau mencoba memerhatikan bagian-bagiannya yang terang, akan tampak suatu garis evolusi yang terbagi atas tiga babakan, yakni pertama; era pendayagunaan tanah yang berakhir di pengujung tahun 1800-an, kedua; era pendayagunaan pabrik yang berlangsung sampai akhir tahun 1950-an, ketiga ; era pendayagunaan sumber daya manusia yang mulai berkembang di bagian awal tahun 1960-an.

                  Pada era sumber daya manusia, para ahli ekonomi dunia membuat prakiraan bahwa kehidupan perekonomian akan menemukan sumber kekuatannya pada kegiatan-kegiatan yang bertalian dengan sumber daya yang ada dan hanya ada pada manusia, ialah nalarnya yang merupakan sumber potensi untuk berkreasi dan beradaptasi, yang merupakan persyaratan dasar memacu kehidupan dalam teknologi serbacanggih. Era perindustrian ternyata tidak menuntut kemampuan baca-tulis yang tinggi. Kemahiran baca-tulis yang layak baru dirasakan keperluannya dalam abad pascaindustri yang ditandai oleh penggunaan alat-alat transportasi yang serba cepat, baik di darat maupun di udara, pengorbitan satelit dan pesawat-pesawat angkasa luar, serta berbagai jenis komputer yang luar biasa canggihnya. Pascaindustri ini lebih tepat disebut era media massa, atau era sistem komunikasi dan informasi, atau era sibernetik. Para ahli tenaga kerja telah lama membuat prakiraan yang sangat jelas bahwa pada 2000-an orang akan dipaksa bergerak menjelajahi permukaan bumi untuk memperoleh penghidupan dan kehidupan yang lebih layak. Tenaga-tenaga terampil akan memiliki kepercayaan terhadap diri sendiri secara mantap. Karenanya, mereka berani bergerak lebih jauh. Anak cucu Pak Dadap dan Pak Waru yang dahulu selalu hidup dan bergerak di bawah tempurung itu, selain memiliki keterampilan yang andal, memiliki juga kesiapan untuk berangkat setiap saat dengan tekad yang bulat untuk mempertahankan kemampuannya itu demi kehidupan dan masa depan yang lebih mapan.
“Pembaca yang mahir selalu membawa informasi yang dimilikinya ke dalam proses membaca. Kelompok pembaca seperti ini tidak mempunyai banyak perhatian terhadap kata-kata atau bagian kata yang dibacanya. Pada waktu membaca, perhatian mereka tertuju pada hal-hal yang bisa mereka tebak maknanya berdasarkan pengalamannya. Perkiraan mereka itu bisa merupakan pengujian hipotesis. Mereka membuktikan berbagai perkiraannya sejak awal sampai akhir kegiatan membacanya dengan menggunakan strategi inkuiri. Pada proses membaca top down, makna ditentukan oleh pembaca sebagai faktor yang dominan. Pada zaman kebanjiran informasi, model membaca yang perlu lebih banyak digunakan ialah model top down”. (Ahmad Slamet Harjasujana, 19 August 2006).
B.  Penyebab Menurunnya Minat Baca Masyarakat.
Tidak bisa dipungkiri bahwa salah satu kunci sukses kemajuan berbagai bangsa di dunia diawali dari kegiatan membaca. Dengan membaca akan diperoleh berbagai informasi & pengetahuan, baik yang ilmiah maupun nonilmiah yang kesemuanya akan dapat menambah pengetahuan dan wawasan kita tentang berbagai hal. Sebagai contoh Jepang misalnya, mereka dengan cepat bangkit kembali dari kehancuran dari PD II berkat digalakkannya minat baca dikalangan bangsanya. Jepang juga berupaya menerjemahkan semua buku-buku berbahasa asing ke dalam bahasa Jepang untuk mendorong minat baca dikalangan bangsanya sehingga menjelma menjadi negara industri maju seperti sekarang ini. Demikian juga dengan negara-negara industri maju lainnya seperti Amerika, Eropa, dll., di mana kegiatan membaca bagi masyarakatnya sudah menjadi suatu budaya.
Oleh sebab itu, tidak salah kiranya bila dikatakan bahwa membaca merupakan jendela ilmu pengetahuan.
“Akhir-akhir ini ada gejala yang menunjukkan bahwa minat baca dikalangan siswa, mahasiswa, maupun masyarakat luas pada umumnya semakin menurun. Hal ini dapat dilihat dari sepinya pengunjung diberbagai perpustakaan, baik di perguruan tinggi, sekolah, maupun perpustakaan yang disediakan oleh pemerintah diberbagai daerah, perpustakaan keliling, dll. Demikian juga dengan toko-toko buku yang sepi. Masyarakat sekarang tampaknya lebih cenderung memperoleh berbagai informasi dengan mengandalkan indra pendengaran dan penglihatannya, seperti melalui radio dan televisi”.
(Siti Samhati, 2011: 24)
Enam Penyebab Menurunnya Minat Baca Siswa yaitu:
1.      Sistem pembelajaran di Indonesia belum membuat anak-anak/siswa/mahasiswa harus membaca buku (lebih banyak lebih baik), mencari informasi/pengetahuan lebih dari apa yang diajarkan, mengapresiasi karya-karya ilmiah, filsafat, sastra dsb.
2.      Banyaknya jenis hiburan, permainan (game) dan tayangan TV yang mengalihkan perhatian anak-anak dan orang dewasa dari buku, surfing di internet walaupun yang terakhir ini masih dapat dimasukkan sebagai sarana membaca. Hanya saja apa yang dapat dilihat di internet bukan hanya tulisan tetapi hal-hal visual lainnya yang kadangkala kurang tepat bagi konsumsi anak-anak.
3.      Banyaknya tempat hiburan untuk menghabiskan waktu seperti taman rekreasi, tempat karaoke, night club, mall, supermarket.
4.      Budaya baca memang belum pernah diwariskan nenek moyang kita. Kita terbiasa mendengar dan belajar berbagai dongeng, kisah, adat-istiadat secara verbal dikemukakan orangtua, tokoh masyarakat, penguasa pada zaman dulu. Anak-anak didongengi secara lisan, diajar membuat banten dengan melihat cara memotong janur, menata buah-buahan dan lain-lain sajian. Tidak ada pembelajaran (sosialisasi) secara tertulis. Jadi tidak terbiasa mencapai pengetahuan melalui bacaan.
5.      Para ibu, saudara-saudari kita senantiasa disibukkan berbagai kegiatan upacara-upakara keagamaan serta membantu mencari tambahan nafkah untuk keluarga. Sehingga tiap hari waktu luang sangat minim bahkan hampir tidak ada untuk membantu anak membaca buku.
6.      Sarana untuk memperoleh bacaan, seperti perpustakaan atau taman bacaan, masih merupakan barang aneh dan langka.
              (Seto, 2009:3)                         
C.  Kondisi Minat Baca Masyarakat Sekarang.

“Minat Baca Masyarakat Indonesia Duduki Rangking 96. Laporan Human Development Report tahun 2008/2009 yang dikeluarkan UNDP, menyatakan minat membaca masyarakat di Indonesia berada pada peringkat 96 dari negara di seluruh dunia. Kondisi ini sejajar dengan Bharain, Malta dan Suriname.
Di Asia Tenggara, hanya ada dua Negara di bawah Indonesia, yaitu Kamboja dan Laos. Kondisi ini diperparah dengan minimnya buku yang terbit. Berdasarkan data yang ada buku yang diterbitkan hanya sekitar 10 ribu judul. Jumlah ini sama juga dengan Malaysia yang mempunyai jumlah penduduk hanya sekitar 26 juta atau hanya sekitar 15 persen dari penduduk Indonesia”.
(TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA, 2010: 10 )


“Perkembangan teknologi multimedia di Indonesia, katanya, memberikan pengaruh minat membaca buku. Media TV, Radio, Internet dan Telepon Selular untuk mengakses informasi dan hiburan, secara perlahan menyingkirkan buku.
Padahal buku berperan sebagai jendela informasi dunia yang mampu menstimulasi imajinasi serta melatih konsentrasi pembacanya. Selain itu, kurangnya persediaan buku - buku yang berkualitas baik serta harga buku yang mahal di Indonesia juga memberikan pengaruh buruk terhadap minat membaca masyarakat,".
(Eko Sutriyanto, 2010: 10 )



D.  Cara Meningkatkan Minat Baca Masyarakat.
Menumbuhkan minat baca anak bisa menjadi hal yang begitu sulit ataupun begitu mudahnya. Saya tidak akan membahas banyak teori-teori psikologi dalam posting ini. Karena saya yakin sudah banyak yang membahas teori-teori tersebut. Menurut Havighurts masa anak-anak. Usia 6-12 tahun memiliki tugas perkembangan untuk mengembangkan kemampuan dasar dalam membaca. Dalam meningkatkan kemampuan untuk membaca tersebut seorang anak perlu didampingi oleh orang lain. Pendampingan bisa dilakukan oleh orang tua sebagai orang terdekat, guru, dan semua orang di lingkungan terdekat yang mampu mendampingi anak dalam menumbuhkan minat bacanya.
Ada beberapa point yang perlu diperhatikan dalam menumbuhkan minat baca anak, yaitu:

1.    Orang tua sebagai orang yang terdekat dengan anak harus memberikan contoh bahwa membaca merupakan kegiatan menyenangkan dan menjadikannya sebagai kebiasaan sehari-hari.
2.    Menyediakan sarana dan prasarana yang mendukung anak untuk membaca, seperti menyediakan perpustakaan keluarga.
3.    Menumbuhkan motivasi kepada anak dengan cara memberikan reward berupa suatu bacaan yang benar-benar mereka inginkan apabila ana mencapai suatu keberhasilan.
4.    Memilih bahan bacaan yang tepat sesuai dengan umurnya. Misalnya jika usia anak masih dini dan mereka dalam tahap belajar membaca, berikan buku-buku yang menyertakan visualisasi yang memudahkan dan menyenangkan.
5.    Menciptakan suasana membaca yang menyenangkan dengan meluangkan waktu untuk mendampingi anak dan memperhatikannya ketika mereka membaca.
6.    Mintalah kepada anak untuk memilih menu makanannya sendiri jika sedang berada di rumah makan dengan menyodorkan daftar menu, bisa juga dengan bermain “mencari kata” ketika berada di tempat umum.
7.    Adanya koordinasi antara orang tua dan guru tentang perkembangan belajar anak di sekolah, sehingga orang tua mengetahui minat baca anak.
8.            Berikan porsi waktu yang cukup dalam membaca, hal ini bervariasi.
9.    Jangan pernah memaksakan kehendak Anda agar anak mau membaca. Tumbuhkanlah minat baca anak dengan mengacu pada poin-poin di atas. Anda dapat berkreasi sesuka Anda dalam menumbuhkan minat baca anak.
            (Tamoy Blog, 2010 : 24 )


E.  Peran Serta Pemerintah.

E.1.   Pemerintah Perlu Menyediakan Bahan Bacaan Yang Cukup  Untuk Masyarakat.

Karena kondisi minat membaca masyarakat menurun secara segnifikan dari tahun ke tahun maka pemerintah perlu membuat program untuk meningkatkan kembali minat baca masyarakat. Maka dari itu pemerintah telah membuat Taman Bacaan Masyarakat atau sering disebut dengan TBM. Dengan adanya TBM pemerintah mengharapkan agar minat baca masyarakat mulai tumbuh kembali. TBM ini sebenarnya merupakan sarana peningkatan budaya membaca masyarakat dengan ruang yang disediakan untuk membaca, diskusi, bedah buku, menulis, dan kegiatan sejenis lainnya yang dilengkapi dengan bahan bacaan, berupa: buku, majalah, tabloid, koran, komik, dan bahan multi media lain, serta pengelola yang berperan sebagai motivator. (Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No.074.Tahun Ke-14, September 2008)
E.2.   Pemerintah Perlu Membangun atau Mengembangkan Perpustakaan Desa atau Kelurahan.
Dalam rangka mewujudkan sumberdaya manusia yang cerdas maka pemerintah memulainya dari hal yang kecil terlebih dahulu yaitu dengan cara membangun dan mengembangkan perpustakaan yang berada di desa atau kelurahan. Menurut lokasinya perpustakaan desa tidak terbatas kepada perpustakaan yang terletak di pedesaan, tetapi secara luas juga mencakup semua perpustakaan yang ada di wilayah desa/kelurahan dalam sebuah kota. Perpustakaan desa dapat dipandang sebagai basis pemasyarakatan perpustakaan di tengah-tengah masyarakat, karena kebutuhan riil masyarakat akan informasi atau buku bisa langsung dipenuhi oleh perpustakaan desa tanpa harus pergi ke perpustakaan umum di pusat kota. Semakin banyak berdiri perpustakaan desa, maka akan semakin besar kemungkinan masyarakat dilayani, yang artinya akan semakin merata pula layanan perpustakaan.
 Dengan adanya perpustakaan desa/kelurahan akan tercipta   minat baca dan semangat belajar bagi masyarakat, dan para remaja yang tidak dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi serta memotivasi mereka untuk dapat terus belajar melalui  buku-buku (koleksi) dan informasi yang ada di perpustakaan sesuai  bidang-bidang yang diminati. Melalui perpustakaan, bacaan-bacaan akan memperluas wawasan berpikir masyarakat, mendorong prakarsa dan swadaya masyarakat dalam usaha meningkatkan kesejahteraan, dengan mengembangkan berbagai usaha yang diinspirasi oleh bacaan Pada akhirnya peran perpustakaan bermuara pada terwujudnya masyarakat pembaca (reading society) atau masyarakat pembelajar (learning society), yang memiliki  wawasan dan pengetahuan luas untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
E.3.   Pemerintah Perlu Menata Sistem Perpustakaan Desa atau Kelurahan.
Perlu adanya campur tangan pemerintah dalam rangka penataan maupun pengelolan perpustakaan desa atau kelurahan. Untuk mendukung terciptanya Sumber Daya Manusia yang cerdas. Pemerintah perlu menata sistem untuk membantu perkembangan perpustakaan desa atau kelurahan tersebut. Seperti mengharuskan setiap perpustakaan desa atau kelurahan mempunyai struktur organisasi atau susunan kepengurusan perpustakaan yang dapat dipertanggungjawabkan. Dan setiap orang yang menjabat dalam organisasi harus mengetahui betul tugas dan tanggungjawabnya.
E.4.   Pemerintah Perlu Menganggarkan Lewat APBD dan APBN Untuk Pengadaan Perpustakaan atau Kelurahan.
 “Dalam rangka meningkatkan minat membaca pada masyarakat dan mecetak generasi yang cerdas dan gemar membaca, maka pemerintah mengawalinya dengan membangun dan mengembangkan perpustakaan desa atau kelurahan. Baik desa yang perpustakaannya sudah maju sampai desa yang belum mempunyai perpustakaan sama sekali. Untuk mendukung rencana pemerintah tersebut, maka pemerintah melalui lnstruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 1984 menganggarkan dana lewat APBD dan APBN. Yang diberikan kepada setiap desa atau kelurahan dalam rangka meningkatkan kwalitas dan pelayanan perpustakaan agar masyarakat mulai tertarik untuk dating ke perpustakaan dan merasa nyaman berada di perpustakaan”. (Taman Bacaan, 2010: 24).




  1. Simpulan dan Saran.
A.   Kesimpulan.

Membelajarkan anak untuk dapat membaca dan menulis (baca tulis) oleh sebagian ahli dinilai lebih mudah dilakukan dibandingkan dengan membelajarkan orang dewasa untuk hal yang sama. Oleh karena itu masa kanak-kanak menjadi masa yang potensial dan strategis yang seyogyanya dioptimalkan untuk membelajarkan anak-anak agar memiliki kemampuan membaca dan menulis yang pada akhirnya akan memiliki kegemaran membaca.  Bagi masyarakat yang telah membiasakan dirinya membaca atau bahkan membudayakan kegiatan membaca dalam kehidupan sehari-hari (membaca sebagai kebutuhan hidup sehari-hari), maka manifestasinya tampak dalam kehidupan sehari-hari yang tidak terlepas dari aktivitas membaca.
Minat baca rendah karena masyarakat Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang cenderung lebih mengembangkan budaya tutur atau lisan disbanding dengan budaya tulis sekalipun sebenarnya budaya tulis telah lama dikenal dan dimulai penggunaanya. Faktor lain yang berpengaruh terhadap pengembangan minat baca adalah tingkat kesejahteraan social masyarakat, tingkat pendidikan, peranan orang tua, peranan guru, dan ketersediaan saran taman bacaan di lingkungan masyarakat. Untuk meningkatkan minat dan kebiasaan membaca dapat dimulai dari kehidupan keluarga di rumah, diteruskan oleh peranan guru di sekolah, sampai dengan peranan pemerintah dan masyarakat melalui penyelenggaraan perpustakaan atau taman bacaan masyarakat.
B.   Saran.
Pemerintah, orang tua, guru, dan masyarakat hendaknya bersama-sama terus meningkatkan minat dan kebiasaan membaca anak-anak karena anak-anak merupakan generasi penerus bangsa. Mengingat kebiasaan dan minat baca yang tinggi dari suatu bangsa akan dapat mengantarkan bangsa yang bersangkutan untuk duduk sejajar dan mampu bersaing dengan bangsa-bangsa lain dalam pergaulan global, maka hendaknya semua komponen bangsa sesuai dengan peran masing-masing secara bersama terus memotivasi dan menumbuhkembangkan minat dan kebiasaan membaca anak-anak.
Di lingkungan keluarga, para orang tua hendaknya berupaya menciptakan rumah sebagi tempat yang kondusif untuk mendorong anak-anak menjadi tertarik, senang dan mau  membaca. Para orang tua juga hendaknya memperlihatkan contoh (sebagai model panutan) kebiasaan membaca yang sehari-harinya dapat diamati oleh anak-anaknya dan diharapkan akan menjadi model yang ditiru oleh anak-anaknya. Pemberian buku sebagai hadiah kepada anak, membawa anak mengunjungi perpustakaan atau took-toko buku, mendiskusikan isi buku tertentu dengan anak. Akan dapat mendorong anak untuk melakukan kegiatan membaca.
Di lingkungan lembaga-lembaga pendidikan sekolah, para guru hendaknya selalu berupaya untuk mendorong para peserta didiknya untuk secara teratur melakukan kegiatan membaca dan mengisi waktu-waktu luangnya denagn kegiatan membaca melalui pemberian tugas-tugas sekolah. Menulis ringkasan isi suatu buku, menceritakan isi buku di depan teman-temannya atau membuat kliping tentang tema tertentu dapat merupakan salah satu kondisi yang mendorong peserta didik untuk melakukan kegiatan membaca.     
Pengadaan perpustakaan sekolah perlu terus ditingkatkan, baik jumlahnya maupun koleksinya sehingga dapat memenuhi kebutuhan peserta didik. Dengan terpenuhinya kebutuhn peserta didik akan bahan bacaan yang tersedia di perpustakaan sekolah, maka peserta didik akan semakin tergugah untuk mengunjungi perpustakaan dan melakukan kegiatan membaca.

Perpustakaan umum dan taman-taman bacaan masyarakat perlu terus ditingkatkan oleh pemerintah, baik jumlah maupun kualitasnya. Lomba membaca banyak buku dapat dipertimbangkan untuk diselenggarakan karena akan dapat mendorong masyarakat untuk membiasakan dirinya membaca secara teratur. Anggota masyarakat yang banyak membaca buku secara teratur diberikan penghargaan sehingga masyarakat akan tergugah untuk berperanserta membiasakan dirinya membaca. Demikian juga inisiatif masyarakat untuk menyelenggarakan atau mengelola taman-taman bacaan masyarakat perlu mendapatkan dukungan dan bantuan dari pemerintah.













I.      Daftar  Pustaka
http://tamoy.com/list/sebab-menurunnya-minat-baca,Seto, 2009:3
Departemen Pendidikan Nasional dan Perpustakaan Nasional RI. (2008). Hasil Penelitian yang belum Dipublikasikan (unpublished document).
Siahaan, Sudirman.2008.”Penelitian Bidang Pendidikan Pustekkom Departemen Pendidikan Nasional” dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 074. Tahun Ke-14, September.
Franz, Kurt dan Meier, Bernhard ( Diterjemahakan oleh Soeparmo ), 1986 Membina Minat Baca Anak, Bandung: Remadja Karya.
 Raharjo, Tri Joko. “ Membaca Dan Menulis Merupakan Kunci  Masyarakat Pada Abad Informasi “.

KARYA ILMIAH
BAHASA INDONESIA
PENTINGNYA BUDAYA MEMBACA DALAM SUATU BANGSA







Disusun oleh  :
                                    SRI  MAENY  PUSPITA  RISDHI                        ( D1810094 )
                                                            KELAS  “B”


D3  PERPUSTAKAAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS  SEBELAS  MARET  SURAKARTA

Komentar